Kamis, 10 Maret 2016

Door : Sebagai Awal Postingan Karyaku

Ini adalah cerpen terpendek yang sempat diikutkan dalan event yang diadakan oleh Novel Nusantara (http://novel.id). Alhamdulillah keberuntungan berpihak pada "Anak-Anak Sirkus Belanda." Berikut naskahnya.





Anak-Anak Sirkus Belanda

Malam hitam menjalar perlahan, merasuki pundi-pundi dada manusia untuk segera terlelap. Sayang, hal itu tak berlaku bagi sirkus di pusat kota Batavia. Kota Jakarta tempo doeloe. Sungguh meriah di sana. Ada pertunjukan besar. Empat anak-anak asuhan sirkus itu akan menampilkan sesuatu yang megah dalam satu tempat. Ingar-bingar memenuhi atap-atap ruangan pertunjukan, penonton mendecak kagum. Lebih-lebih dengan pemilik sirkus beserta anak buahnya yang merupakan kompeni tulen, menjajah Indonesia. Mereka tak sadar, bahaya mulai merembes.

Anak-anak pribumi itu memulai aksi kedua. Ronney mulai melempar bumerang. Tak keren, lemparannya meleset. Mina yang bermata buta melengkung lentur tanpa sadar berbelok arah. Narto menyulap sesuatu, entah malah asap besar yang bermunculan, menggelapkan seluruh mata. Surono tak mau kalah sial, alat buatannya beraksi aneh, mengekskresikan asap hijau.

Berlimpah asap tempat sirkus itu. Hingga sepersekian menit kemudian, asap hitam-hijau itu lenyap. Menyisakan bos dan tentara Belanda yang tersungkur mencium tanah. Wajah-wajah mereka babak belur, benjol sana sini, malah sebagian bermuntah-muntahan. Aneh. Anak-anak sirkus Belanda itu menghilang, raib bersama asap. Kacau benar tempat itu.


Kesialan? Bukan! Mereka tak salah gerakan atau salah teknis. Kekacauan itu sudah direncanakan. Suatu saat mereka akan kembali beraksi, membenamkan kepala Kompeni bengik di atas tanah berpatok Merah-Putih. Merekalah anak-anak dibalik kemerdekaan Indonesia. 

Jengkel dengan Jerawat? Hindari 4 Kebiasaan yang Memperburuk Jerawat

sumber:  barusip.blogspot.co.id Pemuda-pemudi tentu sangat mengenal yang namanya jerawat. Betapa tidak, sedikit dari kaum muda yang b...