Ini adalah cerpen terpendek yang sempat diikutkan dalan event yang diadakan oleh Novel Nusantara (http://novel.id). Alhamdulillah keberuntungan berpihak pada "Anak-Anak Sirkus Belanda." Berikut naskahnya.
Anak-Anak Sirkus Belanda
Malam hitam menjalar perlahan,
merasuki pundi-pundi dada manusia untuk segera terlelap. Sayang, hal itu tak
berlaku bagi sirkus di pusat kota Batavia. Kota Jakarta tempo doeloe. Sungguh
meriah di sana. Ada pertunjukan besar. Empat anak-anak asuhan sirkus itu akan
menampilkan sesuatu yang megah dalam satu tempat. Ingar-bingar memenuhi
atap-atap ruangan pertunjukan, penonton mendecak kagum. Lebih-lebih dengan pemilik
sirkus beserta anak buahnya yang merupakan kompeni tulen, menjajah Indonesia.
Mereka tak sadar, bahaya mulai merembes.
Anak-anak pribumi itu memulai
aksi kedua. Ronney mulai melempar bumerang. Tak keren, lemparannya meleset. Mina yang bermata buta melengkung
lentur tanpa sadar berbelok arah. Narto menyulap sesuatu, entah malah asap
besar yang bermunculan, menggelapkan seluruh mata. Surono tak mau kalah sial, alat
buatannya beraksi aneh, mengekskresikan asap hijau.
Berlimpah asap tempat sirkus itu.
Hingga sepersekian menit kemudian, asap hitam-hijau itu lenyap. Menyisakan bos
dan tentara Belanda yang tersungkur mencium tanah. Wajah-wajah mereka babak
belur, benjol sana sini, malah sebagian bermuntah-muntahan. Aneh. Anak-anak
sirkus Belanda itu menghilang, raib bersama asap. Kacau benar tempat itu.
Kesialan? Bukan! Mereka tak salah
gerakan atau salah teknis. Kekacauan itu sudah direncanakan. Suatu saat mereka
akan kembali beraksi, membenamkan kepala Kompeni bengik di atas tanah berpatok
Merah-Putih. Merekalah anak-anak dibalik kemerdekaan Indonesia.
Sukses blog nya gan
BalasHapusOh, thanks :) :D
BalasHapus