Minggu, 15 Mei 2016

Contoh Bab Pendahuluan pada Karya Tulis Ilmiah

sumber: https://cahkebumen89.files.wordpress.com/2012/03/pen.jp
Dalam pembuatan karya ilmiah, tentu terdapat beberapa kesulitan yang dialami oleh peneliti. Salah satu cara agar lebih memahami proses pembuatannya adalah dengan melihat contoh secara langsung dan mengamati dengan teliti contoh tersebut. Bab Pendahuluan merupakan bab pertama dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI). Berikut contoh bab pendahuluan sebagai bahan pembelajaran bagi yang hendak membuat KTI, selamat membaca! Salam Peneliti Muda!



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan tempat bersosialisai makhluk hidup termasuk manusia. Lingkungan memiliki peranan penting dalam menunjang kenyamanan hidup manusia karena di lingkungan itulah manusia memperoleh segala kebutuhan hidup. Menurut KBBI lingkungan hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.” Dalam pengertian tersebut terdapat kalimat yang menyatakan bahwa lingkungan hidup mempengaruhi kesejahteraan manusia. Maka dari itu tentu kualitas lingkungan juga mempengaruhi kualitas kesejahteraan hidup manusia.
Lingkungan pada umumnya terbagi menjadi dua jika menyangkut kualitasnya. Lingkungan dengan kualitas buruk dan lingkungan dengan kualitas baik. Kualitas dalam hal ini ialah seberapa besar terjaganya kealamian lingkungan tersebut atau seberapa bagus pengaturan lingkungan tersebut. Penataan tersebut dilakukan sedmikian rupa dengan memperhatikan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan tersebut serta menyeimbangkannya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, lingkungan digunakan untuk mengembangkan kemajuan dan lingkungan malah dipinggirkan karena teknologi maju hasil garapan sumber daya lingkungan tersebut. Akibatnya timbul suatu masalah yang disebut dengan global warming atau pemanasan global.
Global warming timbul karena kelalaian dalam penjagaan lingkungan. Pembanguna rumah kaca, pendirian pabrik-pabrik, pembakaran hutan, asap kendaraan, serta sampah menjadi beberapa penyebab global warming. Pemanasan global menimbulkan banyak dampak buruk bagi lingkungan. Beberapa dampak buruknya ialah suhu bumi semakin meningkat, pencairan es di kutub, perubahan iklim dan sebagainya. Bahkan menurut Dadang (2008:27), kemungkinan di tahun 2070 akan banyak pulau-pulau kecil di Indonesia yang tenggelam oleh air laut karena pencairan es kutub. Maka dari itu perlu dilakukan pelestarian yang bermutu sebelum bencana besar tersebut melanda anak cucu kita nanti.
Salah satu penyebab pemanasan global yang masih saja menjadi masalah klasik adalah sampah. Jumlah penduduk yang semakin meningkat membuat kebutuhan bertambah banyak. Sisa dari pemakaian kebutuhan tersebut dikatakan sampah, maka otomatis sampah menjadi berlimpah seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat. Indonesia merupakan salah satu negara yang terdaftar sebagai negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk di Indonesia di tahun 2016 kurang lebih sebanyak 258.705.000 jiwa. Tentu dapat disimpulkan bahwa keberadaan sampah di Indonesia terhitung banyak melebihi jumlah penduduk Indonesia tersebut karena kebutuhan manusia yang kompleks.
Akan tetapi masyarakat pada umumnya dalam mengurangi jumlah sampah, masih menggunakan cara tradisional dalam pengelolaan sampah, yakni dengan menimbun dan membakar sampah. Secara sekilas, sampah hilang dari permukaan dan cukup meredam bau serta pemandangan yang jorok. Akan tetapi tidak secara signifikan efek sampah itu hilang begitu saja. Sampah yang tertimbun tidak semua dapat dibusukkan secara cepat oleh bakteri pembusukan. Terdapat sampah yang butuh bertahun-tahun bahkan beratus-ratus tahun untuk menguraikannya. Akibatnya sampah yang lama terurai tersebut dapat mengurangi kesuburan tanah atau mengurangi kualitas air tanah. Sementara sampah yang dibakar dapat menyebabkan kandungan CO2 di angkasa meningkat yang berujung pada pemanasan global.
Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan sampah yang benar dan tepat. Ada banyak program-program pengolahan sampah baik yang dicanangkan pemerintah maupun perseorangan. Namun terdapat salah satu program yang digalakkan oleh Indonesia, lebih tepatnya Surabaya yang terbilang sukses, ialah pemilahan sampah. Sampah terdiri dari beberapa klasifikasi. Secara umum terbagi dua, sampah organik dan anorganik. Namun kemudian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis lain. Beberapa negara telah berhasil melaksanakan program ini. Begitupun dengan beberapa daerah di Indonesia seperti Surabaya. Beberapa sekolahpun yang ingin menjadi adiwiyata school juga mulai menerapkan sistem pemilahan sampah. Khusus di Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone terdapat lima tong sampah dengan warna yang berbeda. Masing-masing warna mewakili jenis sampah. Warna merah untuk sampah logam dan produksi, kuning untuk sampah yang dapat dibakar, abu-abu jika sampah itu tidak dapat dibakar, bila sampah berbahaya ditempatkan di tempat sampah hitam dan biru untuk sampah makanan. Setelah memilah sampah yang tepat, barulah akan dilakukan proses selanjutnya (daur ulang) atau penanganan lebih lanjut mengenai sampah tersebut.
Kelima tong sampah tersebut sementara sudah digunakan oleh warga Athirah Bone maupun tamu yang berkunjung. Awal pengadaan tong sampah tersebut terdapat kesalahan penempatan kriteria sampah yang benar. Akan tetapi seiring ‘keseringan’ melihat tong sampah tersebut, lambat laun warga Athirah Bone mulai terbiasa dan cakap memilah sampah pada tempatnya. Menyangkut kemampuan siswa dalam memilah sampah tersebut, tentu terdapat tanggapan-tangapan mengenai keberadaan tong sampah lima warna tersebut.
Tanggapan atau persepsi menurut Wood (dalam Carisa, 2012) “persepsi merupakan proses aktif memilah, menata dan menafsirkan orang, obyek, kejadian, situasi dan aktivitas.” Keberadaan tong sampah lima warna bukan berarti hanya akan menimbulkan kebiasaan memilah sampah, namun juga pasti memunculkan persepsi berbeda dari masing-masing pelaku kegiatan. Meski misalnya saja 100% program tersebut berhasil, tidak menutup kemungkinan persepsi berbeda tidak muncul. Begitupun sebaliknya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian demi mengetahui lebih lanjut mengenai kualitas program tong sampah lima warna tersebut.
B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah, yaitu bagaimana persepsi siswa Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone mengenai tong sampah lima warna?
C. Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone mengenai tong sampah lima warna.
D. Manfaaat Penelitian
            Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah:
1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para peneliti lain yang mengangkat tema yang sama dan untuk pihak penyelenggara program tong sampah lima warna dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai media pengembangan program tersebut.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi siswa Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone, hasil penelitian ini dapat mengungkapkan persepsi-persepsi mereka mengenai tong sampah lima warna, sehingga siswa lebih dapat memperoleh penerapan program yang diinginkan.

b.      Bagi guru Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tanggapan-tanggapan siswa mengenai tong sampah lima warna guna sebagai intropeksi program agar program nantinya dapat diperbarui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jengkel dengan Jerawat? Hindari 4 Kebiasaan yang Memperburuk Jerawat

sumber:  barusip.blogspot.co.id Pemuda-pemudi tentu sangat mengenal yang namanya jerawat. Betapa tidak, sedikit dari kaum muda yang b...