sumber: https://cahkebumen89.files.wordpress.com/2012/03/pen.jp |
Dalam pembuatan karya ilmiah, tentu terdapat beberapa kesulitan yang dialami oleh peneliti. Salah satu cara agar lebih memahami proses pembuatannya adalah dengan melihat contoh secara langsung dan mengamati dengan teliti contoh tersebut. Bab Pendahuluan merupakan bab pertama dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI). Berikut contoh bab pendahuluan sebagai bahan pembelajaran bagi yang hendak membuat KTI, selamat membaca! Salam Peneliti Muda!
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan
merupakan tempat bersosialisai makhluk hidup termasuk manusia. Lingkungan
memiliki peranan penting dalam menunjang kenyamanan hidup manusia karena di
lingkungan itulah manusia memperoleh segala kebutuhan hidup. Menurut KBBI lingkungan
hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.” Dalam pengertian tersebut
terdapat kalimat yang menyatakan bahwa lingkungan hidup mempengaruhi
kesejahteraan manusia. Maka dari itu tentu kualitas lingkungan juga
mempengaruhi kualitas kesejahteraan hidup manusia.
Lingkungan
pada umumnya terbagi menjadi dua jika menyangkut kualitasnya. Lingkungan dengan
kualitas buruk dan lingkungan dengan kualitas baik. Kualitas dalam hal ini
ialah seberapa besar terjaganya kealamian lingkungan tersebut atau seberapa
bagus pengaturan lingkungan tersebut. Penataan tersebut dilakukan sedmikian
rupa dengan memperhatikan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan tersebut
serta menyeimbangkannya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, lingkungan digunakan
untuk mengembangkan kemajuan dan lingkungan malah dipinggirkan karena teknologi
maju hasil garapan sumber daya lingkungan tersebut. Akibatnya timbul suatu
masalah yang disebut dengan global
warming atau pemanasan global.
Global warming timbul
karena kelalaian dalam penjagaan lingkungan. Pembanguna rumah kaca, pendirian
pabrik-pabrik, pembakaran hutan, asap kendaraan, serta sampah menjadi beberapa
penyebab global warming. Pemanasan
global menimbulkan banyak dampak buruk bagi lingkungan. Beberapa dampak buruknya
ialah suhu bumi semakin meningkat, pencairan es di kutub, perubahan iklim dan
sebagainya. Bahkan menurut Dadang (2008:27), kemungkinan di tahun 2070 akan
banyak pulau-pulau kecil di Indonesia yang tenggelam oleh air laut karena
pencairan es kutub. Maka dari itu perlu dilakukan pelestarian yang bermutu
sebelum bencana besar tersebut melanda anak cucu kita nanti.
Salah
satu penyebab pemanasan global yang masih saja menjadi masalah klasik adalah
sampah. Jumlah penduduk yang semakin meningkat membuat kebutuhan bertambah
banyak. Sisa dari pemakaian kebutuhan tersebut dikatakan sampah, maka otomatis
sampah menjadi berlimpah seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang terdaftar sebagai negara dengan
jumlah penduduk yang banyak. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah
penduduk di Indonesia di tahun 2016 kurang lebih sebanyak 258.705.000 jiwa.
Tentu dapat disimpulkan bahwa keberadaan sampah di Indonesia terhitung banyak
melebihi jumlah penduduk Indonesia tersebut karena kebutuhan manusia yang
kompleks.
Akan
tetapi masyarakat pada umumnya dalam mengurangi jumlah sampah, masih
menggunakan cara tradisional dalam pengelolaan sampah, yakni dengan menimbun
dan membakar sampah. Secara sekilas, sampah hilang dari permukaan dan cukup
meredam bau serta pemandangan yang jorok. Akan tetapi tidak secara signifikan
efek sampah itu hilang begitu saja. Sampah yang tertimbun tidak semua dapat
dibusukkan secara cepat oleh bakteri pembusukan. Terdapat sampah yang butuh
bertahun-tahun bahkan beratus-ratus tahun untuk menguraikannya. Akibatnya
sampah yang lama terurai tersebut dapat mengurangi kesuburan tanah atau
mengurangi kualitas air tanah. Sementara sampah yang dibakar dapat menyebabkan
kandungan CO2 di angkasa meningkat yang berujung pada pemanasan
global.
Maka
dari itu perlu dilakukan pengelolaan sampah yang benar dan tepat. Ada banyak
program-program pengolahan sampah baik yang dicanangkan pemerintah maupun
perseorangan. Namun terdapat salah satu program yang digalakkan oleh Indonesia,
lebih tepatnya Surabaya yang terbilang sukses, ialah pemilahan sampah. Sampah
terdiri dari beberapa klasifikasi. Secara umum terbagi dua, sampah organik dan
anorganik. Namun kemudian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis lain.
Beberapa negara telah berhasil melaksanakan program ini. Begitupun dengan
beberapa daerah di Indonesia seperti Surabaya. Beberapa sekolahpun yang ingin
menjadi adiwiyata school juga mulai
menerapkan sistem pemilahan sampah. Khusus di Sekolah Islam Athirah Boarding
School Bone terdapat lima tong sampah dengan warna yang berbeda. Masing-masing
warna mewakili jenis sampah. Warna merah untuk sampah logam dan produksi,
kuning untuk sampah yang dapat dibakar, abu-abu jika sampah itu tidak dapat
dibakar, bila sampah berbahaya ditempatkan di tempat sampah hitam dan biru
untuk sampah makanan. Setelah memilah sampah yang tepat, barulah akan dilakukan
proses selanjutnya (daur ulang) atau penanganan lebih lanjut mengenai sampah
tersebut.
Kelima
tong sampah tersebut sementara sudah digunakan oleh warga Athirah Bone maupun
tamu yang berkunjung. Awal pengadaan tong sampah tersebut terdapat kesalahan
penempatan kriteria sampah yang benar. Akan tetapi seiring ‘keseringan’ melihat
tong sampah tersebut, lambat laun warga Athirah Bone mulai terbiasa dan cakap
memilah sampah pada tempatnya. Menyangkut kemampuan siswa dalam memilah sampah
tersebut, tentu terdapat tanggapan-tangapan mengenai keberadaan tong sampah
lima warna tersebut.
Tanggapan
atau persepsi menurut Wood (dalam Carisa, 2012) “persepsi merupakan proses
aktif memilah, menata dan menafsirkan orang, obyek, kejadian, situasi dan
aktivitas.” Keberadaan tong sampah lima warna bukan berarti hanya akan
menimbulkan kebiasaan memilah sampah, namun juga pasti memunculkan persepsi
berbeda dari masing-masing pelaku kegiatan. Meski misalnya saja 100% program
tersebut berhasil, tidak menutup kemungkinan persepsi berbeda tidak muncul.
Begitupun sebaliknya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian demi mengetahui
lebih lanjut mengenai kualitas program tong sampah lima warna tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah, yaitu bagaimana persepsi
siswa Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone mengenai tong sampah lima
warna?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui persepsi siswa Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone
mengenai tong sampah lima warna.
D. Manfaaat Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini ialah:
1. Manfaat
Teoritis
Secara teoritis,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para peneliti lain yang
mengangkat tema yang sama dan untuk pihak penyelenggara program tong sampah
lima warna dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai media pengembangan
program tersebut.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
siswa Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone, hasil penelitian ini dapat
mengungkapkan persepsi-persepsi mereka mengenai tong sampah lima warna,
sehingga siswa lebih dapat memperoleh penerapan program yang diinginkan.
b. Bagi
guru Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone, hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi mengenai tanggapan-tanggapan siswa mengenai tong sampah
lima warna guna sebagai intropeksi program agar program nantinya dapat diperbarui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar