Minggu, 24 April 2016

MAKALAH PENGENALAN SYI’AH SEBAGAI PERLINDUNGAN AKIDAH SUNNI

BAB I
PENDAHULUAN


A. Pendahuluan
            1. Latar Belakang
                        Agama adalah tatanan dan pengaturan mengenai keyakinan terhadap sesuatu yang supranatural. Sesuatu itu dipercaya dan diibadahi kurang lebih sebagai tanda terima kasih karena sesuatu itu diyakini sebagai pencipta alam semesta. Agama kemudian yang mengatur segala kehidupan penganutnya dengan keyakinan akan memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun setelah meninggal.
Salah satu agama di dunia ini adalah Islam. Agama ini dipercya sebagai agama terakhir yang di turunkan oleh Allah Swt. melalui nabi dan rasul terakhir Muhammad Saw. Agama Islam berasal dari jazirah Arab, kemudian dilakukan dakwah oleh para ulama-ulama Arab maupun penduduk biasa seperti pedagang. Berkat dakwah tersebut Islam dapat tersebar di negara-negara lain selain negara asal. Di Indonesia sendiri, banyak teori yang mengemukakan proses masuknya Islam di Nusantara. Salah satunya teorinya mengatakan Islam dibawa dan diperkenalkan oleh pedagang Arab dan Gujarat.
Sunni adalah nama lain dari Islam yang masih terjaga kemurniannya. Sunni berasal dari kata sunnah, yang berarti mengikuti segala hal yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Saw. Para penganut Islam sunni akan berpedoman pada sunnah-sunnah Rasul. Demikian membuktikan kemurnian dan keaslian Islam pada sunni, sehingga aliran ini adalah aliran paling bersih. Namun, seiring perkembangan zaman otak-otak manusia semakin kompleks berpikir dan berusaha menciptakan hal-hal dan fakta-fakta baru. Tidak terkecuali pada agama Islam. Agama Islam sekarang oleh para ulama yang tak jelas membuat aliran-aliran baru yang sangat bertentangan dengan Islam sesungguhnya (sunni).
Aliran yang saat ini sangat mencemaskan ulama Islam Indonesia maupun masyarakat adalah Syi’ah. Aliran ini sungguh bertentangan dengan Islam Sunni. Syi’ah lebih memuliakan bahkan menganggap derajat Ali bin Abi Talib lebih tinggi daripada Rasulullah Muhammad Saw. Aliran ini ekstrim mengkafirkan para sahabat-sahabat Rasulullah setelah khalifah Ali bin Abi Talib, yakni Abu Bakr, Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.
Akhir-akhir ini Syi’ah semakin gencar menyebar pahamnya di Indonesia. Beberapa yayasan, lembaga pendidikan, dan organisasi-organisasi terkenal lain merupakan bentuka Syi’ah untuk mendukung penyebaran pahamnya. Hal ini sungguh membuat masyarakat Islam Indonesia yang berpegang teguh pada sunnah Rasul (sunni) merasa resah. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas tentang Syi’ah dan penyimpangan-penyimpangannya di Indonesia, agar asyarakat dapat mengenal dan mewaspadai aliran sesat tersebut.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana aliran Syi’ah itu bisa terbentuk?
b. Mengapa Syi’ah bisa masuk ke Indonesia?
c. Apa-apa saja penyimpangan-penyimpangan Syi’ah yang telah dilakukan di Indonesia?
3. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan membagi informasi tentang aliran sesat Syi’ah, agar masyarakat Indonesia dapat mengenali berbagai penyimpangan-penyimpangan Syi’ah sehingga masyarakat dapat mewaspadai dan menghindarai aliran Syi’ah tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Syi’ah
Belum diketahui secara pasti tanggal, hari maupun jam lahirnya Syi’ah. Namun ada yang menganggap Syi’ah lahir pada masa akhir kekhalifahan Usman bin Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abu Thalib. Pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap khalifah Usman bin Affan, yang berakhir dengan kesyahidan Usman bin Affan dan ada tuntutan umt agar Ali bin Abu Thalib bersedia di baiat sebagai khalifah. Tampaknya pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah berakhirnya perundingan antara pihak pasukan khalifah Ali dengan pihak Mu’awiyah bin Abu Sufyan di Siffin yang lazi disebut sebagai peristiwa at-Tahkim. Akibat kegagalan itu sejumlah pasukan Ali menentang kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali. Mereka ini disebut golongan khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Sebagian besar orang yang tetap setia kepada khalifah disebut Syi’ah Ali.
Istilah Syi’ah pada era kekhalifahan Ali hanyalah bermakna pembelaan dan dukungan politik. Syi’ah Ali yang muncul pertama kali pada era kekhalifahab Ali bin Abu Thalib, bisa disebut sebagai pengikut setia khalifah yang sah pada saat itu melawan pihak Mu’awiyah, dan hanya bersifat kultural, bukan bercorak akidah seperti dikenal pada masa sesudahnya hingga sekarang. Sebab kelompok setia Syi’ah Ali yang terdiri dari sebagian sahabat Rasulullah dan sebagian besar Tabi’in pada saat itu tidak ada yang berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Talib lebih utama dan lebih berhak atas kekhalifahan setelah Rasul daripada Abu Bakr dan Umar bin Al-Khattab. Bahkan Ali bin Abi Talib sendiri, saat menjadi khalifah, menegaskan dari atas mimbar masjud Kufah ketika berkhutbah, “sebaik-baik umat Islam setelah Nabi Muhammad adalah Abu Bakr dan Umar.” Demikian pula jawaban beliau ketika ditanya putranya yaitu Muhammad Ibnu Al-Hanafiah seperti ynag diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalah shahihnya (hadits no. 3671).
Menurut Murtadha Mutahhari-ulama Syi’ah- “Ali bin Abi Talib adalah sahabta nabi seperti Abu Bakr, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan yang lainnya. Tetapi Ali lebih berhak, lebih terdidik, lebih saleh dan lebih berkemammpuan ketimbang para sahabat lainnya, dan bahwa Nabi sudah merencanakannya sebagai pengganti  beliau. Kaum Syi’ah meyakini Ali dan keturunannya sebagai imam yang berhak atas kepemimpinan politis dan otoritas keagamaan.” Dengan kata lain, mereka meyakini bahwa yang berhak atas otoritas spiritual dan politis dalam komunitas Islam pasca Nabi adalah Ali beserta keturunannya.
Sedangkan menurut Thabathabai, Syi’ah muncul karena kritik dan protes terhadap dua masalah dasar dalam Islam, yaitu berkenaan dengan pemerintahan Islam dan kewenangan dalam pengetahuan keagamaan yang meurut Syi’ah menjadi hak istimewa ahl al-bait.
Kendatipun persoalan imamah menjadi pokok keimanan Syi’ah, tetapi ternyata telah terjadi perbadaan dan perselisihan di kalangan firqah-firqah Syi’ah, terutama pada penentuan siapakah yang menjadi “imam”. Al- Hasan bin Musa an- Naubakhti, ulama Syi’ah yang hidup pada pertengahan abad ke 3 H hingga awal 4 H, dalam kitab Firaq as Syi’ah ( hal.19-109) telah menjelaskan perbedaan- perbedaan itu dalam beberapa bentangan periodik. Diantaranya, setelah Ali bin Abi Thalib wafat, menurut an- Naubakhti, Syi’ah terpecah menjadi 3 golongan:
Pertama, kelompok yang berpendapat Ali tidak mati terbunuh, dan tidak akan mati, sehingga ia berhasil menegakkan keadilan di dunia. Inilah kelompok ekstrim (ghuluw) pertama. Kelompok ini disebut Syi’ah as- Saba’iyah, yng dipimpin oleh Abdullah bin Saba’. Mereka adalah kelompok yang terang terangan mencaci serta berlepas diri (bara’ah) dari Abu Bakar, Umar dan Utsman serta para sahabat Rasulullah. Mereka mengaku Ali- lah yang menyuruh mereka melakukan hal ini. ketika dipanggil oleh Ali mereka mengakui perbuatannya. Hampir saja Ali memvonis mati terhadap Abdullah bin Saba’. Tetapi kerena pertimbangan beberapa orang, sehingga Ali hanya mengusir Abdullah bin Saba’ ke al- Madain.
Menurut an- Naubakhti, Abdullah bin Saba’ asalnya beragama Yahudi. Ketika masuk Islam, ia mendukung Ali. Dia lah orang pertama yang terang-terangan mengisukan kewajiban imamahnya Ali serta berlepas diri (bara’ah) dari musuh-musuhnya. Dijelaskan pula, bahwa ketika Abdullah bin Saba’ masih beragama Yahudi pernah mempopulerkan pendapat bahwa Yusa’ bin Nun adalah pelanjut Nabi Musa. Maka ketika masuk Islam, ia pun berpendapat bahwa Ali adalah pelanjut Nabi Muhammad. Faktor inilah yang membuat orang menuduh bahwa sumber ajaran Syi’ah berasal dari Yahudi.
Penjelasan an- Naubakhti ini sekaligus merupakan jawaban terhadap kalangan Syi’ah serta pendukungnya, yang mengklaim bahwa Abdullah bin Saba’ hanya tokoh fiktif, ciptaan kalangan Ahlus sunnah., yang sumber utamanya dari at- Thabary melalui satu-satunya jalur Saif bin Umar al- Tamimy yang dinilai dha’if.
Kedua, kelompok yang berpendapat, imam pengganti sesudah Ali bin Abi Thalib adalah puteranya, Muhammad bin al- Hanafiah, karena dia yang dipercaya membawa panji ayahnya, Ali, dalam peperangan di Bashrah. Mereka mengkafirkan siapapun yang melangkahi Ali dalam imamah, juga mengkafirkan Ahlu Shiffin, Ahlu Jamal. Kelompok ini disebut al- Kaisaniyyah.
Ketiga, kelompok berkeyakinan bahwa setelah Ali wafat, imam sesuadahnya adalah puteranya al- Hasan. Ketika al-Hasan menyerahkan khilafah kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan, mereka memindahkan imamah kepada al- Husain, sebagian mereka mencela al- Hasan, bahkan al- Jarrah bin Sinan al- Anshari pernah menuduhnya sebagai musyrik.
Tetapi sebagian Syi’ah berpendapat bahwa sesudah wafat al- Hasan, maka yang menjadi imam adalah puteranya yaitu al- Hasan bin al- Hasan yang bergelar ar- Ridha dari keluarga Muhammad. Menurut al- Isfahani, dia bersama Ali bin al- Husain Zainal Abidin serta Umar bin al- Hasan dan Zaid bin al- Hasan adalah cucu-cucu Ali bin Abi Thalib yang menyertai al- Husain dalam peristiwa Karbala dan selamat dari pembunuhan. Fakta historis ini sekaligus membantah informasi yang menyebutkan bahwa stu-satunya keturunan laki-laki Rasulullah SAW atau keturunan laki-laki Ali yang selamat dari pembantaian Karbala hanyalah Ali bin al- Husain Zainal Abidin saja.
Fakta historos tentang adanya perbadaan pendapat bahkan perselisihan internal Syi’ah pada setiap level imam ini, selain disebutkan oleh kalangan Syi’ah sendiri (an- Naubakhti) juga disebutkan oleh Fakhruddin Ar- Razi. Beliau menulis “ Ketahuilah bahwa adanya perbadaan yang sangat besar seperti tersebut di atas, merupakan satu bukti konkret tentang tidak adanya wasiat teks penunjukkan yang jelas dan berjumlah banyak tentang Imam yang Duabelas seperti yang mereka klaim itu.”
Selain adanya kecenderungan berselisih diantara sesama Syi’ah dalam menentukan imam, mereka juga saling mengkafirkan (takfir), serta adanya kecenderungan memberontak (khuruj). Abu Hasan al- Asy’ari, juga mencatat bahwa banyaknya perselisihan internal Syi’ah itu memunculkan tiga firqah Syi’ah yang besar, yang menyempal ke dalam 45 firqah.
Menurut Musa al-Musawi, salah seorang tokoh Syi’ah kontemporer, terjadinya penyimpangan dalam ideology Syi’ah karena munculnya klaim bahwa khalifah sesudah Rasulullah SAW adalah Ali Bin Abi Thalib berdasarkan Nash Ilahi, dan bahwa para sahabat, kecuali sedikit saja telah menyalahi nash ilahi membai’at Abu Bakr. Juga munculnya ideology bahwa iman terhadap imamah, seperti dalam konsep Syi’ah Itsna ‘Asyariyah adalah penyempurna Islam, ini semua terjadi sesudah diumumkannya al-Ghaibah al-Kubra (kegaiban permanen) dari imam ke-12 Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.
Sampai dewasa ini, Syi’ah Itsna ‘Asyariyah (yang mempercayai DuaBelas imam) merupakan aliran terbesar Syi’ah. Aliran ini meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW telah menetapkan dua belas orang imam sebagai penerusnya, yaitu :

No
Nama
Wafat
1
Ali bi Abi Thalib
41 H / 661 M
2
Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib
49 H / 669 M
3
Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib
61 H / 680 M
4
Ali bin Al-Husain Zainal Abidin
94 H / 712 M
5
Muhammad bin Ali al-Baqir
113 H / 731 M
6
Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq
146 H / 765 M
7
Musa bin Ja’far al-Khazim
128 H / 203 M
8
Ali bin Musa ar-Ridha
203 H / 818 M
9
Muhammad bin Ali al-Jawwad
221 H / 835 M
10
Ali bin Muhammad al-Hadi
254 H / 868 M
11
Al-Hasan bin Ali al-‘Askari
261 H / 874 M
12
Muhammad bin al-Hasan al-Mahdi al-Muntazar
265 H / 878 M

B. Proses Masuknya Syi’ah Di Indonesia
            Memahami pergerakan Syi’ah di Indonesia tidak terpisah dari dinamika perkembangan Syi’ah di seluruh dunia. Keyakinan dan pemahaman serta ajaran yang dikembangkan menunjukkan suatu benang merah, meski tidak sepenuhnya monolitik karena terdiri dari berbagai sekte dalam kesatuan. Piramida di bawah ini menunjukkan visualisasi dalam sebuah skema cita-cita dan tujuan revolusi Iran yang termanifestasi dalam pergerakan Syi’ah di Indonesia. Piramida social movement diawali dengan proses pergerakan di bagian bawah piramida, menuju ke puncak piramida sebagai tujuan tertinggi, penerapan ajaran Syi’ah secara komprehensif melalui kekuasaan politik. Perhatikan skema berikut ini:
1.      Potensi Konflik Syi’ah dan Sunni di Indonesia
Mencermati konflik Syi’ah dan Sunni di Indonesia dapat dilakukan dengan mencoba memahami momentum sporadis relasi keduanya, baik terkait ajaran transendental (ruhiyyah), maupun muamalah kedua kelompok ini. Berikut ini beberapa catatan tentang momentum konflik secara kronologis :

1.      Pembakaran Ponpes Al-Hadi, Desa Brokoh, Wonotunggal, Kab.Batang Jawa Tengah 14 April 2000. Insiden ini mengakibatkan 3 rumah hancur 1 mobil dirusak, dan 1 gudang material bangunan dibakar massa. Kepala Humas Pemda Batang, Agung Prasetyo, mengatakan sebenarnya keberadaan Ponpes Al-Hadi ini sudah dilarang oleh Kajari Batang dengan surat tertanggal 3 April 2000. Larangan itu berdasarkan permintaan masyarakat yang tidak menghendaki adanya aliran Syia’ah. “Namun, tanpa ada koordinassi dengan Pemda Batang dan aparat terkait lainnya, pihak Ponpes Al-Hadi mendirikan cabang ponpes dan melakukan kegiatan di tempat itu”, katamya.
2.      Demo anti Syi’ah di Jawa Timur. Yaitu pada 24 Desember 2006 sehingga mnghancurkan 3 rumah, 1 mushallah , dan 1 mobil milik ketua IJABI setempat. Sebelumnya, pada pertengahan November 200, di Bondowoso terjadi kerusuhan sosial yang melibatkan komunitas Syia’ah. Konflik berawal ketika Kyai AM (Sunni) melakukan itjima’ pada majelis zikir rutin masyarakat Kec. Jmbesari Bondowoso. Bersamaan dengan itu, kelompok Syi’ah yang dimotori IJABI cabang Bondowoso dipimpin oleh Bakir Muhammad Al-Habsyi menggelar ritual doa Kumail,yang rutin dilakukan setiap malam Jum’at di Ponpes binaan Kyai Musawir.
3.      Pada 9 April 2007, Syiah di desa Karang Gayam, Kec.Omben, Kab. Sampang Madura ketika akan menggelar peringatan Mulid Nabi Muhammad ditentang oleh kelompok Aswaja yang berusha membubarkan acara tersebut. Massa Aswaja adalah penduduk lokal plus
Di tinjau dari perjalanann sejarah, syi’ah di Indonesia dapat dikategorikan dalam tiga generasi utama, yaitu generasi pertama, sebelum meletusnya Revolusi Iran tahun 1979, syi’ah sudah ada di Indonesia, baik Imamiyah, Zaidiyah maupun Isma’iliyah. Syiah saat itu belum terlalu mempunyai semangat dalam menyebarkan pahamnya. Generasi kedua, didominasi oelah kalangan intelektual, kebanyakan berasal dari perguruan tinggi. Tertarik kepada Syi’ah sebagai alternatif pemikiran Islam. Mereka lebih tertarik pada pemikiran Syi’ah daripada ritus-ritus atau fiqihnya. Genarasi ketiga, kelompok ini mulai mempelajari fiqih Syi’ah, terutama lulusan Qom di Iran. Bukan lagi sekedar pemikiran, merek cenderung berkonflik dengan kelompok lai, bersemangat misonaris yang tinggi dalam menyebarkan ajaran, dimensi intelektual sangat rendah, karena lebih subuk pada fiqih, cenderung memposisikan diri sebagi respresentasi original tentang paham Syi’ah dan atau sebagai pemimpin Syi’ah di Indonesia. Pada masa inilah Syi’ah mulai gencar menyebar pahamnya, bahkan membentuk yayasan, organisasi-organisasi untuk mendukung penyebaran ajarannya.
C. Penyimpangan-Penyimpangan Syi’ah
            1. Penyimpangan Faham Tentang Orisinalitas Al-Qur’an
                        Menurut seorang ulama Syi’ah al-Muhfid dalam kitab Awail al-Maqalat menyatakan bahwa Al-Qur’an yang ada saat ini tidak orisinil. Al-Qur’an sekarang sudah mengalami distorsi, penambahan dan  pengurangan. Tokoh Syi’ah lain mengatakan dalam kitab Mir’atul ‘Uqul  Syarh al-Kahfi, menyatakan bahwa Al-Qur’an telah mengalami pengurangan dan perubahan.
Para ulama menyatakan dengan tegas bahwa Al-Qur’an yang dipegang dan diamalkan ummat Islam saat ini diseluruh dunia adalah asli, tidak ada pengurangan maupun penambahan. Allah swt langsung yang menjamin keaslian dan keterpeliharaannya dari tahrif (distorsi dan interpolasi) “sungguh kami yang telah menurunkan Al-Qur’an dan kami pula yang akan menjaganya” (Q.S. al-Hijr : 9 ). Keyakinan inilah yang menjadi prinsip yang dipegang seluruh ulama Islam.
2. Penyimpangan Paham Tentang Ahli Baid Rasulullah SAW dan Mengkafirkan Sahabat Nabi
Ni’matullah Al-Jazairi ( ulama’ Syi’ah) berkata “Bahwa sayidina Abu Bakr, dan Sayidina Umar tidak pernah beriman kepada Rasulullah SAW sampai akhir hayatnya. ” Tak puas sampai disitu, ia juga memfitnah Abu Bakr r.a “Telah berbuat syirik dengan memakai kalung berhala saat sholat dibelakang Nabi dan bersujud untuknya.”
Ulama Syi’ah lainnya, Al-Kulaini mengatakan, bahwa seluruh sahabat itu mrtad setelah Nabi SAW wafat, kecuali tiga orang, Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al Ghifari, dan Salman Al-Farisi. Sementara Al-‘Iyasyih dalam tafsirnya, dan Al-Majlisi dalam Bihar Al-Anwar, menyatakan bahwa meninggalnya Rasulullah SAW karena telah diracun oleh Aisyah dan Hafsah.
Dalam “Kitab Al-Tharah ”, pemimpin revolusi Iran,Al – Khumaini menyatakan bahwa “Aisyah”, Thalhah, Zubair,Mu’awwiyah,Khawarij dan orang – orang sejenisnya meskipu secara lahiriah tidak najis. Tapi mereka lebih buruk dan menjijikkan daripada anjing dan babi.
Sebagai bentuk at-taqarrub, tidak sedikit syiah yang mengemas pelaknatan sahabat dalam bentuk doa. Salah satunya adalah “doa dua berhala Qurasy”dalam kitab Al-Misybah yang ditulis oleh Syeikh Al-Kaf ‘ami. Doa yang ditujukan melaknat Abu Bakr dan Umar ini diyakini memiliki derajat yang tinggi dan merupakan dzikir yang mulia. Bahkan disebutkan pahalanya, jika dibaca saat sujud syukur, seperti para pemanah yang menyertai Nabi pada perang Badr, Uhud, Hunain dengan satu juta anak panah.
Jalaluddin Rakhmat menulis dalam bukunya, “berdasarkan riwayat dalam kitab al-ansab karya Maus’ab al-zubairi, disimpulkan bahwa Ruqayah dan Ummu Kulsum, istri Khalifah Utsman, bukan putri nabi Muhammad SAW.”
Secara khusus nabi Muhammad SAW menjanjikan dan menjamin syurga untuk sepuluh orang sahabatnya yang paling utama, Khulafa Rasyidun termasuk didalamnya. Dalam sebuah hadits disabdakarn, “sepuluh orang akan masuk syurga : Abu Bakr masuk syurga, Umar masuk syurga, Utsman masuk syurga, Ali masuk syurga, Thalhah masuk syurga, Az-Zubair masuk syurga, ‘Abdurrahman Bin Auf  masuk syurga, Saad masuk syurga, Said bin Zaid masuk syurga, dan Abu Ubadah Ibn al-Jarrah masuk syurga.”(H.R. Ahmad ,Tirmizi , Abu Dawud dan Ibnu Hibban). Seluruh sahabat adalah manusia yang mulia, sebab mereka telah mengikuti Rasul SAW dalam berdakwah, dan telah mengorbankan jiwa, raga dan harta demi agama Allah swt, sehingga ummat Islam menjadikan mereka suri tauladan setelah Rasulullah SAW.
Akidah Islam, sebagaimana dinyatakan Imam Abu-Ja’far At-thahawi (w.321 H), menuntut supaya, “kita mencintai para sahabat Rasulullah SAW dan tidak berlebihan dalam mencintai salah seorang mereka, kita tidak berlepas diri dari mereka. Kita membenci orang yang membenci mereka (para sahabat) dan yang menyebut mereka tidak baik. Kita tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Mencintai mereka adalah agama, Iman dan Ihsan. Membenci mereka adalah kekafiran, kemunafikan, dan sikap melampaui batas.
3. Penyimpangan Paham tentang Kedudukan Imam Syi’ah
Ajaran Syi’ah mengatakan bahwa para imam mereka memiliki derajat yang lebih tinggi daripada Nabi dan Rasul . Imam Khumaini menyatakan bahwa, “Sesungguhnya Imam mempunyai kedudukan yang terpuji, derajat yang mulia, dan kepemimpinan mendunia, dimana seisi alam ini tunduk dibawh wilayah dan kekuasaannya. Dan termasuk para imam kita mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat muqarrabin atau pun nai yang diutus.”
Munurut Jumhur ulama Syi’ah, percaya kepada imamamh adalah salah satu pokok agama, jika seseorang tidak mengimani Imamah/Wilayah Ali dan keturunannya maka dia kafir kepada Allah. Al-Kulaini menyatakan, “Bermaksiat kepada Ali adalah kufur dan mempercayai orang lain lebih utama dan berhak dari beliau dalam imamah adalah syirik.” Al-Majlisi menulis dalam bukunya, “Sekte imamiah bersepakat bahwa sungguh orang yang mengiingkari imamah salah satu dari imam kami dan menolak kewajiban dari Allah untuk mentaatinya adalah kafir yang pasti kekal didalam neraka.”
            Syaikh Nawawi Banten berkata, “Rukun iman keempat adalah percaya kepada Rasul Allah. Mereka adalah hamba Allah yang paling utama.” Hal ini telah dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 86, yang artinya “Masing-masing para Rasul itu kami lebihkan derajatnya diatas semesta alam”.
Imam Al-Nasafi dan imam Sa’duddin Al-Taftazani berkata dalam kitabnya, “seorang wali tidak mungkin mencapai derajat para nabi, apalagi melebihinya.” Berdasarkan Al-Qur’an diatas jelas menunjukkan bahwa nabi memiliki kedudukan yang mulia dan memiliki derajat lebih tinggi dibanding manusia yang lain. Berarti Syi’ah telah menentang keyakinan umat Islam.
4. Penyimpangan Paham tentang Hukum Nikah Mut’ah
Menurut Syi’ah, nikah mut’ah boleh bahkan akan mendapatkan pahala yang besar. Ulama Syi’ah mengatakan bahwa nikah mut’ah (kawin kontrak) tidak perlu dipedulikan aoakah si wanita punya suami tau tidak. Boleh juga nikah munt’ah dengan pelacur.  Nuri Al-Thabarsi (ulama Syi’ah) menjelaskan bahwa dalam nikah mut’ah boleh dengan wanita bersuami asal dia mengaku tidak mempunyai suami. Ulama besar Syi’ah Al-Khumaini menjelaskan, bahwa boleh melakukan praktek anal sex dengan istri bahkan menurutnya, nikah mut’ah boleh dilakukan dengan bayi yang masih menyusui.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memfatwakan keharaman kawin mut’ah yang ditandatangani pada 22 Jumadil Akhir 1418 H/25 Oktober 1997 M. Menurut MUI penghalalan nikah mut’ah bertentangan dengan semangat dan esensi pernikahan seperti yang dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela (Qs. Al-Mukminun:5-6). Ayat itu menjelaskan bahwa hubungan kelamin hanya dibenarkan kepada wanita yang berfungsi sebagai istri atau jariah. Sedangkan wanita yang dinikahi dengan cara mut’ah tidak berfungsi sebagi istri atau sebagai jariah. Karena akad mut’ah bukan akad nikah, dengan alasan : 1) tidak salaing mewarisi, 2) Iddah mut’ah tidak seperti iddah nikah daim, 3) dengan akad nikah menjadi berkuranglah hak seseorang dalam hubungan dengan kebolehan beristri 4 (ta’addud), dalam mut’ah tidak kemudian, 4) dengan mut’ah, seorang laki-laki tidak dianggap sebagai muhshon karena wanita yang dinikahi dengan ara mut’ah tidak menjadikannay sebagi istri ataupun Jariah. Oleh sebab itu, orang yang melakukan mut’ah termasuk dalam firman Allah., “Barangsiapa mencari selain daripada itu, maka mereka itulah yang melampaui batas” (Qs. Al-Mukminun:7). Seluruh ulama empat madzhab telah bersepakat bahwa nikah mut’ah telah diharamkan.

TABEL PENYIMPANGAN AJARAN SYI’AH DARI AJARAN AHLU SUNNAH
NO.
PERIHAL
SUNNI
SYI’AH
1.       
Rukun Islam
1.      Syahadtain
2.      Shalat
3.      Puasa
4.      Zakat
5.      Haji
1. Shalat
2. Shaum
3. Zakat
4. Haji
5. Wilayah
2.       
Rukun Iman
1.      Iman kepada Allah
2.      Iman kepada Malikat-Nya
3.      Iman kepada Kitab-kitab-Nya
4.      Iman kepafa Rasul-Nya
5.      Iman kepada hari akhir
6.      Iman kepada Qodla’-Qadar
1. Tauhid
2. Nubuwwah
3. Imamah
4. Al-‘Adl
5. Al-Ma’ad
3.       
Syahadat
Dua kalimat syahadat
Tiga kalimat syahadat (ditambah menyebut 12 imam)
4.       
Imam
Percaya kepada imam-imam bukan rukun iman (imam tidak terbatas)
Percaya kepada 12 imam-imam mereka termasuk rukun iman
5.       
Khilafah
Khulafa’ Rasyidin adalah Khulafa’ yang sah
Khulafa’ Rasyidin selain Sayyidina Ali tidak sah
6.       
Ma’shum
Khalifah (Imam) tidak ma’shum
Para imam adalah ma’shum
7.       
Sahabat
Dilarang mencaci setiap sahabat
Mencaci para sahabat dan mengangggap para sahabat banyak yang murtad
8.       
Istri Rasul
1.      Sayyidah Aisyah sangat dihormati
2.      Para istri Rasul termasuk ahlul bait
1. Sayyidah Aisyah dicaci maki
2. Para istri Rasul bukan ahlul bait
9.       
Al-Qur’an
Tetap orisinil
Sudah diubah oleh para sahabat
10.   
Hadits
1.      Shahih Al-Bhukari
2.      Shahih Muslim
3.      Sunan Abi Daud
4.      Sunan At-Turmudzi
5.      Sunan Ibnu Majah
6.      Sunan An-Nasa’i
1.      Al-Kaafi
2.      Al-Ibtishor
3.      Man Laa Yahdhuruhu Al-Faqih
4.      At-Tahzib
11.   
Surga dan Neraka
Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepafa Allah dan Rasulnya. Neraka untuk orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Surga untuk orang-orang yang cita kepada Imam Ali. Neraka untuk orang-orang yang memusih imam Ali
12.   
Raj’ah
Tidak ada akidah Raj’ah
Meyakini akidah Raj’ah
13.   
Imam Mahdi
Adalah sosok yang membawa keadilan dan kedamaian
Kelak akan membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah, serta ahlul bait yang lain. Selanjutnya membangunkan Abu Bakr, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa.
14.   
Mut’ah
haram
Halal dan dianjurkan
15.   
Khamar
Tidak suci/najis
Suci
16.   
Air
Air yang telah dipaki istinja’ (cebok) najis
Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) suci
17.   
Shalat
1.      Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri hukumnya sunnah.
2.      Membaca aamiin sunnah
3.      Shalat Duha adalah sunnah
1.      Meletakkan tangan kanan diatas tanga kiri hukumnya membatalkan shalat
2.      Membaca aamiin membatalkan shalat
3.      Sahalat Duha tidak dibenarkan




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Syi’ah merupakan aliran agama Islam yang sangat bertentangan dengan Islam yang sesungguhnya (sunni). Syi’ah memuliakan bahkan menganggap derajat Ali bin Abi Talib lebih tinggi daripada Rasulullah Muhammad Saw. Aliran ini ekstrim mengkafirkan para sahabat-sahabat Rasulullah setelah khalifah Ali bin Abi Talib, yakni Abu Bakr, Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Banyak wilayah yang telah menjadi daerah penyebarannya, termasuk Indonesia. Masyarakat Indonesia yang berpegang pada sunni merasa resah dan terganggu dengan keberadaan paham sesat ini. Sungguh banyak penyimpangan-penyimngan yang dilancarkan Syi’ah. Salah satu yang paling terkenal adalah nikah Mut’ah (kawin kontrak). Pernikahan tersebut sungguh bertentangan dengan Islam sunni, bahkan dilarang keras. Karena hal tersebut sama saja dengan mempermainkan kesucian seorang wanita, padahal dalam Islam wanita sangan dijaga kesuciannya. Maka dari itu ulama-ulama Indonesia lebih gencar lagi untuk mengatasi masalah tersebut.
B. Saran
                        Akidah Islam sunni dan Syi’ah sudah sangat jelas perbedaannya seperti yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan. Sudah jelas pula kesesatan pada aliran Syi’ah. Untuk itu mari kita hindari dan mewaspadai aliran tersebut karena sungguh akidahnya sangat bertentangan dengan apa yang dijelaskan Rasul besar kita Muhammad Saw. Semoga Allah Azza wa jalla melindungi kita dari pengaruh paham buruk Syi’ah.



DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis MUI Pusat (2014). Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia

Jengkel dengan Jerawat? Hindari 4 Kebiasaan yang Memperburuk Jerawat

sumber:  barusip.blogspot.co.id Pemuda-pemudi tentu sangat mengenal yang namanya jerawat. Betapa tidak, sedikit dari kaum muda yang b...