Embun berbulir menyentuh, menyesap,
meruang waktu.
Aku berjalan di sisinya. Coba mengukir
jauh. Jarak antara malah merapat. Aku berdoa.
Aku mohon cahaya. Uapkan selaksa
bening. Sayang. Selarik kuminta memantulkan cahaya indah berjuta warna. Sudah.
Aku tak bisa. Warna itu melukaiku.
Aku pinta air. Berpadu saja
dengannya. Sayang. Aku cemburu. Menoreh luka lagi. Luka yang sudah kuplester.
Aku harap api. Makan saja ia. Hangus
lenyapkan. Sayang lagi. Aku butuh ia. Aku hidup dengan ia.
Aku pintal batas tak berbatas.
Sempadan selapis tipis. Tidak sayang. Itu meranum buah. Meski sakit yang lebih.
Tak apa. Di balik batas jernih. Aku awas. Aku lihat. Aku tahu. Aku rasa. Walau berjarak.
Tak
apa. Pemilik alam merestui. Aku. Daun padi pecinta embun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar